Langsung ke konten utama

Keuntungan dan Kerugian Membaca Tips Nulis

Selama ini, aku suka banget baca tips-tips nulis; belakangan lebih suka yang berbahasa Inggris. Kayaknya sih sejak kenal Pinterest aku mulai gandrung. Apalagi bahasan topiknya beragam, bermanfaat, dan ngasih info baru. Sampe di tahun 2016(?), aku jadi semacam seneng sama konsep dan mengabaikan teknik. #sesat

Enaknya baca banyak tips nulis berbahasa Inggris adalah, aku bisa lepas dari tips-tips nulis ala anak TK. Bisa dijamin, aku bakal nggak betah denger orang ngomongin Segitiga Freytag yang itu-itu doang. Atau hal-hal terlalu dasar kayak “tokoh harus dinamis” atau “penggambaran suasana itu bisa ngelibatin panca indra”. Iyaa, yang kayak gimana? Dari dulu perasaan juga gitu, hwhwhw. Kalo cari tips nulis sendiri, cara mendeskripsikan objek aja sampe dianalisis mulai dari bentuk dan tekstur benda, sampe fungsi harfiah dan fungsi di cerita.

taken from unsplash.com

Enaknya lagi, kalo bikin plot, otomatis otak mulai memproses konflik ruwet. Memang kayak mempersulit diri sendiri, konflik tinggal dibuat kok milih yang ruwet. Cuman, tanpa keruwetan itu, aku malah nggak bisa nulis—kayak nggak punya pondasi, dan nggak punya pijakan.

Ini juga lebih kayak mentingin konsep. Alih-alih sekadar cerita cewek ketemu cowok, suka, digencet cewek terpopuler di sekolah, si cowok melindungi dan sadar sama si cewek pertama, sampe jadian; pikiranku seneng menelusuri: kenapa sih cewek 1 pengin deket-deket si cowok? Kenapa cewek 2 ngegencet? Emang apa hubungannya sama yang cowok? Dan seterusnya, sampe semua hal yang tiga tokoh itu lakukan punya benang merah di masa lalu yang nggak sesederhana kelihatannya di permukaan. (Well, sama aja kayak ngasih tau pola ceritaku sendiri sih, tapi whatever, wkwkwk.)

Baca tips berbahasa Inggris juga bikin aku belajar buat keluar dari zona nyaman. Selama ini, aku sering bikin tokoh yang hidupnya tenang-tenang aja. Misal, mereka sahabatan—ya udah, adem-ayem aja; nggak ada intrik yang bikin hubungan mereka terancam; nggak ada sesuatu yang bikin mereka harus berkorban supaya tetep sahabatan. Atau, aku selalu ngasih apa yang tokohku inginkan. Memang sih, ada konfliknya. Cuman kayak... nanggung. Nggak ada yang greget kayak di novel-novel yang udah terbit gitu. Wkwkwk.

Nah, yang nggak enak adalah, aku terlalu mikirin tips. Belum nulis, udah kepikiran, entar layer yang itu dikupas di mana ya? Terus, nganalisis lagi, adegan mana yang sebaiknya tampil di awal, dan tampil belakangan? Berlaku juga buat diksi yang kupake. Kalo dalam paragraf per paragraf aku nemu kata “memerhatikan” lebih dari lima kali, aku pusing. Mau pake “mengawasi”, kadang nggak cocok sama konten.

Nggak enaknya lagi: kurang mampu berpikir sederhana. Biasanya, cerita jadi bagus kalo momen sederhana disorot, dan hasilnya jadi wow. Karena sering baca tips nulis (berbahasa Inggris), aku jadi cenderung nyari ide adegan yang nggak biasa. Padahal, “biasa” sendiri tuh yang kayak gimana? Jalan-jalan ke luar angkasa? Atau di sekolah aja, belajar, dan menjalani hari kayak remaja normal lainnya? Banyak hal potensial di kehidupan yang bisa jadi inspirasi adegan. Cuman karena sering ambil latar di sekolah, kafe, tempat wisata, mal, dan sebagainya, aku pengin mengambil jarak dari tempat-tempat itu. Padahal banyak yang masih bisa dieksplor, dan aku cuma perlu mengasah ketajaman rasa aja pas nulis. :'3

Terakhir, yang nggak enak dari keseringan baca tips nulis adalah, cenderung merendahkan dan meremehkan orang lain. Ada tulisan yang beda dikit sama tips yang dianut, protes “eeh ini mainstream banget sih, terlalu khayali, terlalu nggak keluar comfort zone”. (Padahal kalo ntar sama malah nggak enak, kan? Wkwkw.) Atau, ada tulisan yang bagus, langsung mikir, “Aku terintimidasi; bego banget nggak kepikiran ide itu; huhuhu aku harus nulis yang lebih bagus”. (Padahal sebenernya bisa aja ceritaku tergolong lumayan, tanpa perlu membanding-bandingkan.)

Gitu sih, yang aku rasain. Aku bahkan nggak nyangka bisa bikin tiga poin buat setiap keuntungan dan kerugian, wkwkwk. Awalnya pengin ngebahas cewek 1 sama cewek 2 itu doang, padahal; dan terinspirasi dari situ juga. (Aku pernah nulis plot itu pas kelas 12 SMA, tapi—oh! Aku inget sekarang ceritanya apa! Muahahahaha! [Whew, ketahuan kalo sebelumnya lupa. LOL.] Cuman cowoknya yang ada dua, ceweknya satu.)

Kalo kalian, apa keuntungan dan kerugian membaca tips nulis? :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhiran "-in" dan "-kan"

Awal aku ngerti ada orang yang salah pake akhiran “-kan” di akhir kalimat tuh pas baca satu novel romance  empat tahun lalu. Di situ, “pelukan” ditulis “pelukkan”; padahal maksudnya menunjukkan kata benda, bukan kata perintah buat memeluk seseorang. Terus, “meletakkan”—yang K-nya dua —ditulis “meletakan”. Kesalahan itu berlanjut di sepanjang buku, dan bacanya nggak nyaman banget. Belakangan, aku juga nemu banyak kesalahan serupa di novel-novel yang udah terbit (baik yang beberapa tahun lalu, maupun yang baru-baru ini). Dan, seolah nggak mau kalah, media sosial pun jadi ladang kesalahan akhiran  “-kan”, juga “-in”, berkembang biak. Pembaca yang budiman, tolong dipahami, huruf K di akhiran “-kan” ditulis SATU kalo kata dasarnya berakhir dengan huruf K. Contoh: tunjuk jadi menunjukkan , renyuk jadi merenyukkan , letak jadi meletakkan , masuk jadi memasukkan . Dan lain-lain. Kalo kata dasarnya nggak berakhir dengan huruf K, ya udah, tinggal ditambahi akhiran “-kan”....

Teori Nge-Ship Tokoh Supernova

Beberapa hari (sekarang udah minggu?) setelah baca Inteligensi Embun Pagi, aku nggak bisa move on sama sekali. Banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan alhasil, teori-teori berjejalan di kepala. Mulai murni soal tiga entitas, sampe ngelibatin tokoh-tokoh yang ku-ship. Entri kali ini bakal memuat jauh lebih banyak spoiler ketimbang entri review biasanya. Jadi, buat yang udah tuntas baca IEP, silakan membaca. Yang betah intip-intip sampe ngerti ending-nya duluan, ya, silakan. Risiko ditanggung sendiri-sendiri. :") ••• Bodhi Liong & Ishtar Summer Semua orang tahu cerita Supernova bermula dari kejar-kejaran Anshargal sama Omega. Ishtar, alias Omega, bertahun-tahun nungguin Alfa dan berencana ngonversi kekasihnya jadi Sarvara. Intinya, Ishtar ini nggak bisa move on selama ratusan bahkan mungkin ribuan tahun cuma demi nungguin Alfa. Di IEP, adegan Ishtar berakhir dengan menghilangnya dia di deket portal. Nah, konsekuensi perbuatan Ishtar itu jelas ngegag...

Writing Prompt

#NulisRandom2017 #NulisBuku #Day1 Di hari pertama nulis random , aku mau bagi-bagi ”kecurangan” waktu nulis, yakni writing prompt . Writing prompt itu semacam trigger buat nulis, inspirasi yang udah disediain. Jadi kayak menjemput ide dalam arti harfiah. Banyak writing prompt yang bisa ditemuin dari internet, salah satunya Pinterest. Mulai dari dialog, plot, nama tokoh, sampe topik tertentu yang bikin mikir atau bahkan gatel pengin cepet-cepet nulis. Personally , aku suka nulis yang ringan-ringan ( karena yang berat mending buat tugas doang #eh ), terutama di blog. Jadi, dari tiga gambar writing prompts di bawah, aku paling suka yang AU ( alternative universe ) sama pertanyaan untuk mengenal seseorang.  (Yang 200 Questions to Get to Know Someone  agak blur; mungkin kalo cari lagi di Pinterest ada yang lebih jelas, hehe.) Taken from Pinterest Selama tiga puluh—atau, 29—hari ke depan, beberapa topik aku ambil dari gambar-gambar ini. ...