Langsung ke konten utama

Jakarta, Expert Class, GWP 3 (Bagian 3)



GWP 3 (dan ide-ide yang menyertai)

Aku ngerti Gramedia Writing Project sejak tahun 2013. Waktu itu aku masih kelas 10 SMA, masih piyik-piyik (kayak sekarang nggak aja, LOL). Aku ngikutin potongan cerita yang Love Lost Between Us—sekuelnya FirstLove First di Wattpad.  Waktu itu, FLF baru ditolak GPU (aku malah jingkrak-jingkrak kesenengan pas nerima surat penolakan. Soalnya udah nunggu sembilan bulan, bo’! Pas buat lahiran #eh) dan judulnya masih Faithful Unto Death (judul yang dibilang temenku nyeremin sampe ganti jadi First Love First).

Di tahun 2013 itu, selain ditolak, dan kalah GWP Batch 1, aku juga kalah lomba nulis Teen and Young Adult Romance (TYAR)-nya Bukune, dan 100 Days Romance-nya Penerbit Haru. Aku maklum aja sih. Tulisanku di tahun itu masih malu-maluin banget. Teknik nulis cuma ngerti seupil. Riset cerita pun... jangan tanya. Pokoknya jangan. #ngakakdipojokan

Tahun 2014, ada GWP Batch 2. Waktu itu aku ikutin First Love First versi rombakan, dan di genre GWP 2, FLF jadi yang paling pertama paling bawah di laman paling akhir. Setelah pengumuman (kalah GWP 2 sekaligus YARN-nya Ice Cube Publisher), aku hapus First Love First (Pergi danKembali juga, tapi terus repost). Sempat kulanjutin di Wattpad, terus entah kenapa males. Sekarang jadi makin males pas nelusurin plotnya—mereka sebenernya ngapain sih? Sebab-akibatnya apa? Hwhwhw. =w=

Tahun 2017 ini kayaknya yang paling drama (muahaha). Aku ngerti pengumuman GWP 3 dari share-an orang-orang di Facebook. Aku akhirnya nyiapin segala macem sejak tanggal 9 Januari. Waktu itu sebenernya mau ngikutin cerita teenlit, yang judulnya Reason. Kerangkanya udah jadi, dari awal sampe akhir, juga hubungan sebab-akibat dan klimaksnya, sampe nyari referensi video musik Korea dan nyasar ngefans KARD. (Bisa ditebak, cast-nya kubayangin kayak personel KARD, LOL).

Sayangnya, laptopku yang Asus rusak di akhir bulan Januari. Asal tahu aja, sampe sekarang—Juli 26 2017—laptop itu belum balik. (Orang yang ngebenerin pandai PHP. xP)

Anyway, di pertengahan Februari, aku mulai mikir, “Kalo aku nunggu laptop terus, aku nggak nulis-nulis dan batal ikut lomba nih.” Akhirnya, aku nekat pake ide yang udah muncul sejak Januari 2015: dua orang yang dijodohkan karena sesuatu dan terancam cerai.

Selama tahun 2015, aku udah gonta-ganti ide. Awalnya mau kujadiin anak SMA, tapi nggak jadi—karena anak SMA nggak boleh nikah. Kuganti jadi anak kuliah—itu pun mereka mencar-mencar di Fakultas MIPA, Psikologi, sampe Teknik. Akhirnya kuganti jadi satu fakultas, di prodi Pendidikan Bahasa Inggris, prodiku juga. Cuma Setta yang tetep di Pendidikan Bahasa Indonesia mulai dari kerangka asli sampe kerangka bentukan baru. :v

Ujung-ujungnya, kerangka yang baru nggak kepake. Aku ngandalin insting doang. Pas hari pengumuman, naskahku belum ada setengah jadi. Aku jelas kaget waktu tahu aku lolos seleksi pertama. Itu pun, naskahku baru selesai tanggal 6 Juni 2017, dan cuma ngedit tata bahasa tanpa ngerevisi bolong logika. DAN baru kukumpulin di tanggal 16! #sesat #janganditiru Untung urusan KTP sama konfirmasi kehadiran udah beres. :')

Beberapa minggu sebelum Expert Class, aku kedatangan mimpi prekognitif. Aku baru setengah jalan lihat nama-nama tiga besar, pas aku terbangun. Apa nggak micin banget tuh? TwT

Di mimpi, aku lihat judul berbahasa Inggris, awalan nama “IN” di juara kedua, dan urutan nama belakang buat juara ketiga. Plus, warna kuning! Aku nggak dapet clue apa-apa soal juara pertama.

Wajar dong ya, kalo aku ge-er ngira “IN” itu maksudnya “Inas”. Ternyata bukan! Pas pengumuman, aku sadar, judul-judul tiga besar itu berbahasa Inggris. Sementara judulku berbahasa Indonesia—yakni 29 Bunga.

Setelah menghadapi kenyataan, kayaknya warna kuning itu kover pemenang pertama (?—ternyata ada birunya, wkwk); “IN” maksudnya Indah Erminawati; juara tiga yang kukira antara T sama Y itu Vevina Aisyahra alias Kak Rara (V sama Y nggak beda jauh, tapi aku nggak kepikiran, hwhwhw salahkan mimpi yang belum sampe kelar udah bangun duluan). Plus, ternyata Y juga bener—Kak Yessie L. Rismar dikirimin email cinta juga; jadi aku nggak salah-salah amat lah baca mimpi. #maksa #pencitraan :v

Dan, sesuai mimpi, judul-judul yang masuk tiga besar berbahasa Inggris semua. Selamat yaaa, Kakak-Kakak yang masuk lima besar, dan yang udah dihubungi editor! ^3^

Aku nggak mengharapkan apa-apa lagi buat sisa naskah lain yang punya kesempatan terbit itu sih. Kalo emang 29 Bunga ntar diterima, ya aku bersyukur. Nggak pun, nggak pa-pa. Pasalnya, setelah pulang, aku mikir banyak tentang naskah ini: apa aku terlalu kasar ngebahas Everest? (Gala bahkan nyebut organisasi sebagai “orang gabut berani susah dan depresi”, yang menurutku lucu abis, tapi mana tahu ada yang tersinggung. Maaf ya. :'3) Apa bagian akhir Gala sama Selvi terlalu tiba-tiba, meski di awal udah banyak hint bertebaran? Apa plot Kanan sama Inka kurang greget, karena rasanya mereka udah banyak bersitegang di awal? Apa adegan-adeganku nggak penting semua? Apa aku terlalu sirik sama isu EQ vs IQ?


[Dari kiri: Selvi, Gala, Inka, Kanan]

Cerita bisa dibaca di: gwp.co.id/29-bunga/

Memang, pada dasarnya, aku nulis 29 Bunga untuk menggambar depresi. Bisa nyelesaiin 29 Bunga aja udah cukup bikin aku nggak percaya—karena setelah dua tahun punya ide, baru berniat nulis. (Belum lagi, sindiran-sindiran buat organisasi itu! Hanya Tuhan yang tahu seberapa besar dilemaku buat memberanikan diri lanjut nulis. TwT)

Jadi ya, aku pasrah deh sama nasib apa pun yang ngebawa naskah ini ke depannya. Aku depresi cuma gara-gara takut sama masa depan lho. Persis kayak yang dialami Gala sama Inka. Desperate banget sampe rasanya minum sianida 15 gram jauh lebih nyaman daripada bertahan hidup. Makanya, terserah deh kalo naskah ini... yah. Gitu. Wkwkwk.

Yang jelas, aku bersyukur bisa lolos seleksi tahap pertama GWP Batch 3. Aku bersyukur karena bisa ketemu sama coach-coach keren dan berpengalaman, dapet ilmu baru, juga ketemu sama temen-temen baru yang pada seru. (HP-ku langsung rame setelah masuk grup WhatsApp Expert Class GWP 3; dan aku suka banget nyimak obrolan kalian, meski ujung-ujungnya cuma jadi silent reader. >w<)

Aku tahu nulis itu sulit, berat, dan penuh perjuangan. Tapi selama aku bisa, nggak berhenti (meski kadang males dan mager, and I assure myself it’s much better than having the suicidal thoughts), terus nulis setiap hari sesempatnya, aku yakin aku bisa meraih cita-citaku.

Semoga. :')

Semangat nulis dan sukses selamanya! d^3^9



P. S.: Everest itu nama fiktif; begitu juga sebagian besar kejadian di 29 Bunga—inspirasinya doang dari dunia nyata, eksekusinya ya sengaja dilebih-lebihkan lah. Wkwkwk. :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhiran "-in" dan "-kan"

Awal aku ngerti ada orang yang salah pake akhiran “-kan” di akhir kalimat tuh pas baca satu novel romance  empat tahun lalu. Di situ, “pelukan” ditulis “pelukkan”; padahal maksudnya menunjukkan kata benda, bukan kata perintah buat memeluk seseorang. Terus, “meletakkan”—yang K-nya dua —ditulis “meletakan”. Kesalahan itu berlanjut di sepanjang buku, dan bacanya nggak nyaman banget. Belakangan, aku juga nemu banyak kesalahan serupa di novel-novel yang udah terbit (baik yang beberapa tahun lalu, maupun yang baru-baru ini). Dan, seolah nggak mau kalah, media sosial pun jadi ladang kesalahan akhiran  “-kan”, juga “-in”, berkembang biak. Pembaca yang budiman, tolong dipahami, huruf K di akhiran “-kan” ditulis SATU kalo kata dasarnya berakhir dengan huruf K. Contoh: tunjuk jadi menunjukkan , renyuk jadi merenyukkan , letak jadi meletakkan , masuk jadi memasukkan . Dan lain-lain. Kalo kata dasarnya nggak berakhir dengan huruf K, ya udah, tinggal ditambahi akhiran “-kan”....

Teori Nge-Ship Tokoh Supernova

Beberapa hari (sekarang udah minggu?) setelah baca Inteligensi Embun Pagi, aku nggak bisa move on sama sekali. Banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan alhasil, teori-teori berjejalan di kepala. Mulai murni soal tiga entitas, sampe ngelibatin tokoh-tokoh yang ku-ship. Entri kali ini bakal memuat jauh lebih banyak spoiler ketimbang entri review biasanya. Jadi, buat yang udah tuntas baca IEP, silakan membaca. Yang betah intip-intip sampe ngerti ending-nya duluan, ya, silakan. Risiko ditanggung sendiri-sendiri. :") ••• Bodhi Liong & Ishtar Summer Semua orang tahu cerita Supernova bermula dari kejar-kejaran Anshargal sama Omega. Ishtar, alias Omega, bertahun-tahun nungguin Alfa dan berencana ngonversi kekasihnya jadi Sarvara. Intinya, Ishtar ini nggak bisa move on selama ratusan bahkan mungkin ribuan tahun cuma demi nungguin Alfa. Di IEP, adegan Ishtar berakhir dengan menghilangnya dia di deket portal. Nah, konsekuensi perbuatan Ishtar itu jelas ngegag...

Writing Prompt

#NulisRandom2017 #NulisBuku #Day1 Di hari pertama nulis random , aku mau bagi-bagi ”kecurangan” waktu nulis, yakni writing prompt . Writing prompt itu semacam trigger buat nulis, inspirasi yang udah disediain. Jadi kayak menjemput ide dalam arti harfiah. Banyak writing prompt yang bisa ditemuin dari internet, salah satunya Pinterest. Mulai dari dialog, plot, nama tokoh, sampe topik tertentu yang bikin mikir atau bahkan gatel pengin cepet-cepet nulis. Personally , aku suka nulis yang ringan-ringan ( karena yang berat mending buat tugas doang #eh ), terutama di blog. Jadi, dari tiga gambar writing prompts di bawah, aku paling suka yang AU ( alternative universe ) sama pertanyaan untuk mengenal seseorang.  (Yang 200 Questions to Get to Know Someone  agak blur; mungkin kalo cari lagi di Pinterest ada yang lebih jelas, hehe.) Taken from Pinterest Selama tiga puluh—atau, 29—hari ke depan, beberapa topik aku ambil dari gambar-gambar ini. ...