Belakangan,
banyak banget novel yang diangkat ke layar lebar. Notifikasinya pun banyak
bertebaran di pencarian Instagram, nggak ketinggalan sama trailer yang
udah rilis di YouTube. Ribuan orang nggak sabar nunggu hari-H buat nonton;
sementara aku mikir, sebenernya ada beberapa novel lokal lain yang cocok
dijadiin film layar lebar atau serial TV.
1.
A untuk Amanda oleh Annisa Ihsani
A
untuk Amanda ini bercerita tentang seorang gadis yang
hidupnya baik-baik saja, tapi justru terkena depresi. Amanda digambarkan
sebagai siswa pintar, kritis, dan kadang bingung sendiri pas pengin ngedeketin
cowok. Lika-liku hidupnya cukup relatable buatku—dan, apparently,
buat beberapa pembaca lain juga. Detail-detail tentang depresi, ekskul Amanda,
juga pengetahuan lain bikin novel ini berbobot. Porsi cinta-cintaannya juga
pas; nggak terlalu pahit, juga nggak terlalu manis.
Novel
ini cocok jadi film karena ngasih angin segar buat tema cerita remaja. Apalagi,
banyak orang yang masih takut mengakui diri sendiri terkena depresi; padahal
itu penyakit yang wajar, dan mereka nggak sendirian. Kalo dijadiin film,
ceritanya bisa jadi semacam kampanye supaya orang tetep bertahan hidup, walau
terasa sulit dan cenderung pengen putus asa sekalipun.
2.
Starlight oleh Dya Ragil
Cerita
ini juga sama berbobotnya kayak A untuk Amanda. Bertema astronomi,
tokoh-tokohnya dihadapkan sama persaingan akademis di sekolah, dibalut masa
lalu mereka yang rumit dan ngasih pondasi bagus ke konsep utama. Banyak novel
yang udah ngangkat tema astronomi, dan di Starlight, penggambarannya
keren banget. Astronomi emang bidang yang jarang diminati di sekolah, terutama
SMA. Apalagi kalo udah ada olimpiade—yang lolos seleksi dan ikut pembinaan bisa
diitung pake jari. Novel ini realistis dari segi itu, dan relatable.
Dialog
antartokoh juga cerdas. Nggak ada yang menggurui karena setiap pengandaian
(yang juga berhubungan sama perbintangan) punya korelasi sama kondisi mereka
saat itu. Porsi cinta-cintaannya standar, nggak terlalu mendominasi, juga nggak
terlalu tenggelam. Kalo dijadiin film, ceritanya bisa ngasih kekayaan
pengetahuan soal astronomi; nggak dari segi ilmu doang, tapi juga seberapa “populer”
bidang ini pas masuk ke ranah pendidikan.
3.
Zero Class oleh Pricillia A. W.
Masih
cerita remaja, Zero Class ini novel trilogi tentang perjuangan anak 11
IPS 4 melawan diskriminasi di sekolah mereka. Kondisi kayak gini mungkin banget
terjadi di beberapa sekolah. Guru cenderung membandingkan murid untuk alasan
yang sebenernya sepele dan nggak masuk akal (entah karena murid nakal lah,
belum paham pelajaran lah). Tokoh utamanya—Gita—langsung jadi penggerak
revolusi di kelas barunya; dan perjuangannya nggak selalu berjalan mulus. Dia
juga terlibat kisah sama Radit, cowok alpha di kelasnya, sama Nathan,
sahabatnya sejak kecil yang jadi ketua OSIS dan sekarang kayak anti banget sama
Gita.
Kerumitan
di novel ini bikin cerita jadi seru untuk diikuti. Kalo jadi film, mungkin ada
yang berubah (kayak Gita jadian sama Nathan misalnya #eh #ngimpiajasana),
terus pertanyaan yang belum terjawab jadi lebih tercerahkan (kayak pas
siapa-itu-lupa-di-buku-satu bilang suka sama temen sekelas, tapi nggak
dijelasin lagi). Karena ceritanya rumit, mungkin bisa dikembangin jadi novel
pertama, kedua, sama ketiga kayak Harry Potter gitu. Atau bahkan jadi serial
TV, biar sinetron
Indonesia nggak gitu-gitu aja. :)
4.
Best of the Best oleh Luna
Torashyngu
Best
of the Best ini nggak berhubungan sama novel
pertamanya (yang udah difilmkan), Beauty and the Best. Tokoh utama di
sini berganti jadi Muri, hacker andal yang bekerja jadi model dan memecahkan
kasus-kasus besar yang membahayakan. Ada empat seri sebelum ceritanya tamat: Best
of the Best, Golden Bird, Golden Bird Alpha (cerita tentang Golden Bird
generasi pertama, jadi semacam flashback gitu), sama Golden Bird
Ultimate.
Semuanya
seru dan berbobot kalo dijadiin film. Misalkan terlalu panjang pun, bisa
dibikin serial TV. (Again, supaya sinetron Indonesia nggak gitu-gitu
aja.) Apalagi pas di Golden Bird—itu pas kondisi belum seberbahaya di Ultimate
dan twist-nya pun juara. Mungkin nanti kalo jadi film, ada satu-dua hal
yang bisa berubah, kayak tokoh favoritku tetep hidup alih-alih meninggal di
halaman 52 seri terakhir, misalnya. TwT Dan biar sekali-sekali ada novel
remaja yang berpetualang dikit (aku belum terlalu update soal film
Indonesia sih, hwhwhw).
5.
Eiffel, Tolong! oleh Clio Freya
Sudah
ada tiga buku buat seri Eiffel, Tolong! ini. Buku keempat belum rilis
sampe sekarang, tapi ceritanya dari buku pertama selalu worth it buat
diikuti. Bercerita tentang Fay, gadis yang berlibur ke Paris dan diculik untuk
jadi agen rahasia. Dari buku ke buku, masalah Fay makin rumit, banyak
pengorbanan yang harus dia buat, juga—tentu—urusan cinta dan keluarga yang ikut
mengimbangi.
Seri
ini cocok buat jadi film layar lebar yang berlanjut, kayak Harry Potter atau
Narnia, maupun jadi serial TV. Banyak tokoh yang terlibat, konflik pun rumit,
dibarengi dengan pengetahuan yang berbobot. Ada kejutan di setiap akhir cerita,
dan rahasia yang bikin pembaca bertanya-tanya. Kalo jadi film, adegan-adegan
yang tertulis itu bisa dibayangin dengan lebih solid dan seru. Apalagi keluarga
McGallaghan, dengan semua fasilitas kantor dan agen yang tangkas nan cerdas,
nggak pernah gagal bikin tergila-gila. Sangat, sangat layak jadi konsumsi
publik.
6.
Khatulistiwa oleh Edward Stefanus
Murdani
Cerita
ini juga bertema petualangan, tentang Alex dan Siska yang mengarungi perairan
barat Nusantara, dalam rangka kabur setelah ada masalah di keluarga mereka.
Alex dan Siska baru lulus SMA pas nekat memutuskan menyeberangi lautan. Alex
sendiri digambarkan sebagai cowok yang ngerti navigasi dan pandai mengendalikan
kapal. Petualangan mereka menemui beberapa halangan, dan konklusi di akhir
tergolong memuaskan.
Chemistry
yang terbangun antara Alex dan Siska bener-bener natural. Apalagi, mereka udah
mengarungi banyak pulau di Indonesia—yang bikin pembaca jadi lebih banyak
ngerti tentang tempat di negeri sendiri. Kalo jadi film, aku ngebayangin
suspensnya jadi semacam Petualangan Sherina gitu. Menegangkan, sekaligus
bikin penasaran!
7.
Transpondex oleh Ronny Fredila
Transpondex
bercerita soal Rima, anak ilmuwan, yang mencari ayahnya ke masa depan. Genrenya
fiksi ilmiah, tapi ada unsur sejarah yang terlibat dan berlatar di masa depan.
Nama-nama kayak Arjuna, Srikandi, Nakula, Sadewa bertebaran sebagai tokoh.
Tempat-tempat pun masih berhubungan sama Indonesia. Plus, ada penjelasan seru
juga tentang Segitiga Bermuda, yang tentu masih berhubungan sama cerita.
Kalo
jadi film, animasi dan adegan berantemnya harus juara supaya nggak ngerusak
ekspektasi. Timeline cerita pun harus diperhatikan sejeli mungkin. Yang
jelas, ceritanya seru dan bakal ngasih angin segar karena unsur ilmiah dan
sejarah yang digabung dengan sukses di sini.
8.
Magical Seira oleh Sitta Karina
Masih
bertokoh remaja, novel Sitta Karina ini bercerita tentang Seira, gadis yang
terlempar ke dimensi lain dan bertemu orang-orang yang wajahnya mirip dengan
mereka yang Seira kenal di dunia nyata. Pangeran jahat di dimensi itu, Seth,
mirip banget sama Abel—cowok yang ditaksir Seira. Seth pengin menguasai dunia,
hampir membahayakan temen-temen Seira di dunia nyata. Dan kenyataan tentang
hidup “susah” Seira terkuak di seri terakhir.
Magical
Seira ini terdiri dari tiga novel dan satu novela sebelum
seri terakhir. Kalo dijadiin film, cocok jadi yang langsung tamat, atau jadi
serial TV. Idenya segar, relatable sama dunia remaja, plus seru karena
ngelibatin sihir dan imajinasi yang “kaya warna”. Sitta Karina berhasil
menggambarkan tiap tokoh dan motivasi mereka dengan keren. Bangunan dunia fantasinya
juga jelas, seakan mengundang orang buat tinggal di sana. Elemen-elemen sihir
yang dilibatin juga menarik, sekaligus berguna buat alur. Bakal ngasih angin
segar juga karena genre fantasi jarang disorot. Mungkin, segera. Amin. :)
9.
Eldar: Violin dan Negeri Salju Abadi
oleh K.A.Z_Violin
Kalo
di Eldar, tokoh-tokohnya masih
berkisar antara 8 sampai 9 tahun. Mereka tinggal di negeri yang diselimuti
salju. Peran utamanya, Violin (dia cowok), nggak percaya sama dongeng Eldar
yang dipercaya temen-temennya. Sampe suatu hari, Violin takut Firelia (teman
terdekatnya) hilang sesuai mimpi buruk yang sering Violin lihat. Violin dan
temen-temennya berangkat ke Eldar, dan menghadapi macam-macam bahaya dan
menguak masa depan yang mengerikan.
Banyak
rahasia yang tersebar di sepanjang buku, bikin bertanya-tanya meski petunjuknya
udah kentara. Sejauh ini baru terbit satu buku, meski jelas bakal ada
lanjutannya, yang semoga bisa cepet terbit juga. :3 Kalo jadi film, durasinya
bakal panjang dan sering menimbulkan pertanyaan. Bangunan dunianya juga bakal
terlihat cantik, diimbangi sama pertempuran sihir yang epik. Hmm, makin nggak
sabar biar keturutan nih!
10.
Ther Melian oleh Shienny M. S.
Salah
satu cerita fantasi yang tokoh-tokohnya tergolong remaja juga. Bercerita
tentang Vrey, pencuri berumur 18 tahun, yang mencari jubah Nymph ditemani
Aelwen, cewek cantik yang udah sekamar tiga tahun bareng Vrey. Cerita utama
lain berpusat di Valadin, elf yang bertujuan membawa perubahan di sistem
pemerintahan tetua elf lain. Dia dan teman-teman seperjuangannya pergi mencari
relik sihir untuk mendapat kekuatan Aether. Di tengah perjalanan, Valadin dan
Vrey bertemu, saling menghalangi tujuan satu sama lain, dan menguak rahasia
yang ada seiring berjalannya waktu.
Di
seri ini, nggak ada konsep baik melawan jahat. Tiap tokoh
bener-bener abu-abu, punya kejahatan dan kebaikan sendiri-sendiri. Konsep
abu-abu ini juga bikin dilema mau mendukung pihak mana; karena bikin ngerasa
sayang kalo ada satu aja yang kalah. Maunya menang semua.
Kalo
jadi film, bisa sekalian jadi kampanye buat menyayangi lingkungan; karena di
sini juga sering ngebahas alam yang rusak karena mesin-mesin yang ngeluarin
polusi. Bisa jadi film yang berseri, berdurasi dua-tiga jam, maupun serial TV.
Cocok kalo dijadiin cerita berepisode panjang.
***
Nah,
itulah sepuluh novel lokal yang menurutku layak jadi film. Cerita-ceritanya
berkesan dan bakal seru kalo bisa hadir dalam bentuk visual. Mungkin kalian
tahu novel-novel lain yang nggak kalah bagus, dan cocok dijadiin film? :3
Komentar
Posting Komentar