Ada perbedaan mendasar antara cerita
sama plot.
Cerita nggak punya hubungan
sebab-akibat. Sebaliknya, plot berjalan dalam aturan sebab-akibat.
Hubungan itulah yang merajut plot jadi satu kesatuan.
1. Plot adalah fokus cerita.
Keberadaan plot selalu nggak kelihatan. Kayak fondasi di rumah. Biasanya
dibawakan lewat tokoh.
2.
Ada pertanyaan di awal plot,
yang harus terjawab di bagian akhir.
3.
Pertanyaan itu bisa berupa konflik
awal, atau keinginan tokoh. Usahakan, awal nggak terlalu lama.
4.
Konflik internal juga bisa dipake,
kayak rasa takut, khawatir, ragu, juga salah paham
yang terjadi di antara tokoh.
5.
Kasih tantangan setega mungkin.
6.
Cari kejadian yang mengubah tokoh, juga
dampaknya.
7.
Ntar, di klimaks, tokoh harus
berubah—entah jadi lebih baik, matang, atau justru kacau. Karena itu titik
terendahnya, saat di mana mereka rapuh dan nggak punya harapan.
8. Tempo di klimaks cepet; klimaksnya
tinggi dan dalem; plus ada tarik-ulur sama pembaca.
9.
Lewat plot, pembaca dikasih janji dan
harapan.
Err. Dari awal udah diwanti-wanti kalo
materi plot ini yang paling sulit. Jadi begitulah isi catatanku. Wkwkwk. Semoga
paham ya. :')
GWP Batch 3
(Hetih Rusli)
Di PowerPoint Kak Hetih, judulnya itu.
:3
Kelas Kak Hetih yang paling cepet,
ngebahas tentang:
·
Baca buku di luar zona nyamanmu.
· Alasan nulis dibagi jadi tiga: 1)
menuangkan/mencurahkan isi hati, 2) mengisi hati yang hampa, 3) berbagi
·
Kill your darlings
· Eksekusi cerita dibagi jadi dua: 1) a
hero’s journey, 2) a stranger comes to town (berdasarkan quote
Leo Tolstoy)
·
Waktu nulis ulang: write drunk, edit
sober (berdasarkan Ernest Hemingway)
Author’s Online
Presence (Bernard Batubara)
Terakhir, kelasnya Kak Bara. Bahasannya
mencakup:
· Kalo bikin username, buat yang
gampang diingat. Lebih pendek, lebih baik. (Setelah kelas, aku ngeganti username
Instagram, Wattpad, dan Twitter-ku jadi @inas_nee. Karena orang-orang kayaknya
selalu bingung @asphore_t itu maksudnya apa, dan di dunia nyata, nyebut “Inasni”
dengan benar merupakan tugas tersulit bagi sejuta umat. :P)
· Gunakan foto profil yang bagus dan
jelas. (Kalo di Facebook, Wattpad, sama blog, entah kenapa aku lebih nyaman
pake foto anime atau artis. Kebiasaan nih. TwT)
· Bikin bio yang relevan. Beranilah
menyebut diri sendiri sebagai penulis. Terus, kalo punya buku yang terbit,
kasih kalimat persuasif kayak “my new book”, “grab my new book”,
atau “beli bukuku” supaya follower kamu tahu kamu nelurin karya baru.
·
Fokus ke satu-dua platform, biar bisa
ngebagi waktu dan nggak keteteran. (Sayangnya, aku gonta-ganti ngurusin
Facebook, Twitter, Instagram, Wattpad, blog, Goodreads—yang lebih dari satu dan
nggak tahu juga kok bikin betah. Wkwkwk.)
·
Jadilah responsif, bukan reaktif.
· Reward your audience:
entah dengan bikin giveaway pas momen penting di hidupmu, atau engage
dengan bales komentar atau pesan pembaca.
· Belajar
dari penulis lain. Lihat gimana mereka membangun persona (kayak J. K. Rowling
itu terkenal sebagai penulis fantasi meski sebenernya nulis politik juga). Plus
perhatiin gimana penulis membangun “jembatan” sebelum promosi buku barunya.
Jadi jangan tiba-tiba posting kover baru sambil ditulis “kovernya bagus
nih”; tapi kasih clue dikit-dikit—entah dari kutipan di novel, sama
info-info kecil lain.
Terakhir, Kak Bara juga ngasih tahu,
usahakan pas nulis atau bikin caption, jadikan sekalian kayak latihan
nulis. Karena orang tahu kita sebagai penulis, mereka mengharapkan tulisan,
bukan visual (kalo emang mau fokus di situ juga nggak masalah sih).
Dan, meski follower cuma dikit,
media sosial itu luas. Yang merhatiin bukan yang terhubung sama kita doang,
tapi orang-orang lain di luar sana juga. Jadi sebaiknya bersikap baik,
selayaknya hidup di dunia nyata. (Detik pas denger itu, aku langsung
inget-inget seblakblakan apa aku di dunia maya. TwT)
Overall,
semua kelasnya bermanfaat dan ngasih ilmu baru. Pembahasannya dalem banget, meski
di bagian plot aku nyambung sebatas teori doang. Praktiknya... masih perlu
banyak belajar. x) DAN, cara ngajarnya enak dan santai banget. Kayak nggak
dalam suasana belajar gitu, meski tetep serius.
Catatan terakhir soal Expert Class: bondo
banget. Semua fasilitas emang udah disediain panitia—mulai dari goodie
bag sampe makanan. Inget, kan, pas masuk kepagian, Mama, Tante, sama adikku
boleh ikut masuk. Ternyata mereka masuk lagi pas pengumuman! Kayak, jarang
banget gitu ada acara terus orang luar boleh masuk. Hwhw.
Terus, isi goodie bag-nya
bikin ngiler abis: ada novel Stuck in Love-nya Stephanie Zen yang
masih terbungkus rapat (novel beda-beda sih, macemnya banyak), tempat air minum
yang ada logo GWP, blocknote yang dijilid spiral lengkap sama bolpoinnya
(jujur, aku miris pas lihat bolpoinnya Snowman—aku paling ahli kalo disuruh
ngerusak bolpen ini, dan bener aja siang-siang udah nyandet, karena aku
kalo nulis selalu neken, muahahaha
#geblek!), plus Literaroma (semacam pembatas buku tapi berfungsi sebagai
pengharum ruangan).
Makanannya juga mantap banget! Pagi
udah dikasih, makan siang lauknya banyak dan rasanya uenak (semua enak sih),
itu pun masih dikasih cemilan lagi. Minumannya pun punya banyak pilihan: teh
(kalo nggak salah; botol juga), Fruit Tea botol, sama Aqua botol. Itu pas pulang
masih sisa, dan sesungguhnya aku pengen ambil Fruit Tea lagi. xP
Komentar
Posting Komentar