Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

[Snippet] Telepon Masa Depan

#NulisRandom2017 #NulisBuku Aku menunggu nada dering yang berdengung statis. Menggigit bibir, aku sedikit harap-harap cemas kalau panggilan ini tidak diangkat. Setelah beberapa detik yang terasa seperti seabad, orang di seberang pun menyahut, “Halo?” Aku langsung menegakkan badan dan membalas, “Ha-halo. Hei.” Aku berdeham, sedikit ingin berbasa-basi, tapi tau pasti usaha ini sia-sia saja. “Hmm, kau tahu, ada yang ingin kutanyakan padamu.” taken from Pinterest “Sebelumnya, orang asing, sebutkan dulu namamu.” Dia terdengar dingin dan sinis, sangat berjarak untuk ukuran orang yang tampak berbicara banyak. Atau, menulis banyak. “Tidak perlu,” aku berkacak pinggang, mulai kesal, “aku terburu-buru. Bisakah kau beri tahu seberapa sering kau depresi akhir-akhir ini?” “Kau bercanda? Aku bahagia. Lihat tumpukan jurnal yang kusimpan di tempat aman. Mereka sudah jadi companion terbaik dalam hidupku.” Rasa bangga melumuri kalimatnya, yang membuatku ikut tersenyum—cen

Rave Review: Bad Idea

#NulisRandom2017 #NulisBuku Waktu ngelamun di dapur tentang cewek-nembak-cowok, dan ditolak, tiba-tiba aku kepikiran sama Bad Idea -nya Ilham Satria. Itu komik Indonesia zaman SD yang bikin kesengsem sendiri karena ceritanya lucu, ngegemesin, dan bikin nagih! Bad Idea adalah komik langsung tamat, dengan tambahan dua cerita pendek di belakangnya yang nggak kalah baper dan galau . Aku mau khusus ngebahas Bad Idea , yang sampe sekarang ceritanya melekat erat nggak bisa lepas dan terus lengket kayak lintah bahkan lebih lengket dari kamu , meski idenya klise dan sering dipake sekalipun. [ WARNING: spoiler bertebaran di mana-mana, bahkan konflik besar dan plot twist juga; so bear with me . :')] Cerita dimulai dengan Aya, anak kelas dua SMA, yang ngelihat kakak kelasnya—Sandy—main basket sendirian di lapangan. Seperti yang bisa ditebak, Kak Sandy itu kapten klub basket yang ganteng, tinggi, putih, senyumnya membius nan memabukkan, populer, dan... gay . Yah,

[Snippet] Pertanyaan Pertama Setelah Dibekukan secara Kriogenik Selama 100 Tahun

  #NulisRandom2017 #NulisBuku “Apa aku bangun di luar angkasa?” “Kenapa belum ada yang kepikiran ngebunuh aku? Siapa yang ngejaga?” “Atau aku cuma beruntung? Ada yang salah ngebunuh, akhirnya sekarang setelah seratus tahun, aku masih hidup?” “Kalo aku masih tetep di Bumi, aku harus ngapain? Apa maksudnya? Peran penting apa yang bisa aku kontribusikan?” “Apa sekarang aku bakal dianggap keren, mengingat secara harfiah aku sudah merintangi ruang dan waktu , dalam tidur yang amat, sangat panjang?” “Oh, jangan tanya kenapa bisa jadi keren. Seratus tahun lalu, aku dianggap pecundang karena nggak punya cita-cita belajar di luar negeri.” “Benar. Sampe kamu ke luar negeri, you will likely be acknowledged . Padahal sebenernya menetap juga nggak salah.” “Kenapa aku dibekukan secara kriogenik? Well , kenapa kamu mencairkan aku?” “Tenang aja. Aku masih ingat kenapa aku bisa dibekukan. Kamu bisa membawaku ke pihak berwajib, kalau-kalau kamu takut n

Chaos Chemistry: Tahap Awal Revisi dan Sekelumit Perjalanannya

#NulisRandom2017 #NulisBuku Jadi aku berusaha, bener-bener berusaha, merevisi salah satu cerita fiksi remajaku: Chaos Chemistry . Setahun lalu, aku menganggap gaya bahasaku baik-baik aja. Sekarang, setelah sampe halaman 20-an, aku ngerasa nggak sreg . Dan aku nggak bisa membohongi diri sendiri. Akhirnya, aku memutuskan buat nulis ulang. Tiana to Elian Well , aku mau mengikutkan Chaos Chemistry buat Wattpadlit Awards 2017. Yang, sebenernya, kurang seminggu lagi. Aku tahu waktunya mepet, tapi kalo diterus-terusin ngerevisi draf pertama, rasanya aku bisa mati. :") Dalam kegamangan dan kebimbangan, aku nekat ngubah susunan kalimat dan kata-katanya. Ada beberapa kritik yang udah kudapet selama dua tahun belakangan (naskah ini ditulis dan selesai tahun 2015, dan selama itu, ada beberapa komentar yang berguna). Apparently , CC kebanyakan narasi. Dan, setiap ada deskripsi perasaan, aku nunjukinnya lewat dialog. Which are not good . Aku bukannya bermaksud bik

Goodreads Reading Challenge

#NulisRandom2017 #NulisBuku Selama setengah perjalanan di tahun 2017, aku sering mikir, aku nggak punya waktu yang cukup buat baca novel online. Aku ngerasa, aku harus nyelesaiin tumpukan novel yang terbengkalai belum dibaca. Terus, muncul kesadaran: novel-novel di kamar udah cukup jadi bahan bacaan kok . Padahal sebenernya, aku cuma berusaha menuhin Goodreads Reading Challenge! Kesadaran di atas terbentuk tanpa diniatkan maupun direncanakan. Muncul gitu aja secara alami. Mungkin karena aku nggak mau dikejar-kejar deadline dan bener-bener pengin menuhin challenge . taken from unsplash.com Awal aku ikut Goodreads Reading Challenge tuh tahun 2015. Aku narget tiga puluh buku, dan sebenernya udah baca sekitar 32-an. Sayang, nggak kecatet karena waktu itu Goodreads belum punya fitur baca lebih dari sekali (aku baca The Scorch Trials -nya James Dashner yang bahasa Inggris empat hari; disusul yang bahasa Indonesia sekitar sebulan [ I knooow, such a much longer progress !]

[Snippet] The Last Person You Held Hand with

#NulisRandom2017 #NulisBuku [Questions to Ask Your Characters] Who is the last person you held hand with? Do you think you’ll be in relationship two months from now? “Aku... aku khawatir kita masih diikuti.” Daffa Danadyaksa mengeluarkan sejejak asap dari mulutnya, menggigil kedinginan sambil tetap menggenggam tangan Risha. Mereka baru turun dari kereta api arah kecamatan-kecamatan tertentu, berangkat dari pusat kota sejak tadi pagi. Risha Arabella tertawa, mengayunkan genggaman mereka sambil menatap Daffa lekat-lekat. “Kita masih bisa lari ke rumah masing-masing terus ngadu ke orangtua, tau.” Seringai puas muncul di bibirnya. Risha sampai heran, harusnya Daffa-lah yang menikmati permainan ini. Sehari sebelumnya, Risha kalah bermain monopoli dengan kakaknya dan tetangga-tetangga lain. Lalu ditantang untuk pergi ke pusat kota naik kereta seharian, tanpa membeli tiket . Berdiri memang jadi satu-satunya pilihan, tapi karena perjalanan dari pusat kota ke rumah mereka

25 Tahun ke Depan dan Cara Mencapainya

#NulisRandom2017 #NulisBuku Ada topik di salah satu writing prompt yang kuambil buat topik kali ini: gimana sih kehidupan, atau Bumi, 25 tahun mendatang? Dan, gimana cara mencapainya? Kebetulan, aku baca-baca beberapa artikel sains dari situs Kompas.com; mulai dari suhu kota-kota besar yang naik 2 derajat Celsius, wujud manusia sejuta tahun dari sekarang, mutasi gen, sampe alasan kenapa Indonesia belum maju secara teknologi sampe sekarang. Plus, aku lihat dua video dari channel BBC di YouTube tentang lingkungan dan penyakit. Mengingat global warming udah di mana-mana, mungkin 25 tahun ke depan, suhu di Bumi meningkat drastis. Kalo beruntung, Bumi belum bakal sepanas dan se- hellish Venus. Tapi, setelah nonton BBC tentang orang yang bikin aspal pake sampah, aku yakin, cepat atau lambat berbagai macam daur ulang lingkungan yang mutakhir bisa menyelamatkan Bumi di masa depan. Kalo sampah-sampah ini dibuat jadi aspal lewat serangkaian proses hingga layak dilewati

Fleksibilitas Show Don’t Tell

#NulisRandom2017 #NulisBuku Semua orang tahu betapa benci aku sama show don’t tell karena... yah, siapa sih yang bisa main deskripsi indah kayak yang dicontohin di tips-tips nulis itu? TwT Jadi sekitar dua tahun sejak 2015, aku nggak peduli aku pake deskripsi apa narasi. Pokoknya jalan aja terus. Kelihatannya pas, ya pake narasi. Nggak bisa nulis deskripsi panjang yang melenakan hati pembaca, ya udah. Selama ini yang paling mudah kan jadi diri sendiri. xP all pictures taken from Pinterest Tapi, sejak 2015 juga, aku melajarin cara nulis emosi biar sampe ke pembaca (baca tipsnya doang sih, tapi tetep aja “melajarin”, kan, wkwkwk). Tipsnya sederhana: kasih jarak aja. Misal tokoh kita lagi sedih, jangan pake kata sedih sama sekali. Dan kalo bisa nggak usah pake adegan menangis menggerung-gerung; karena nggak semua tokoh pas sedih juga bereaksi kayak gitu. Di 2016, aku nyoba tips itu—dan, masih pake adegan nangis, hahaha. Lama-kelamaan, aku ngerasa tips ini cocok banget

[Snippet] Cantilever

#NulisRandom2017 #NulisBuku Kyla menyampirkan syal yang sudah robek di sana-sini, melanjutkan perjalanan ke tepian kota Sabia Utara. Angin berembus kencang, membuatnya menggigil dan mempercepat langkah. Dua jam yang lalu, dia memutuskan tidur siang di cabang pohon apel raksasa dekat perkebunan ayahnya. Tanpa tali yang menjaganya, Kyla terjatuh keras. Gerutuan dan umpatannya bertahan selama sepuluh menit, sebelum akhirnya Kyla memutuskan untuk kembali memanjat, memetik selusin apel dan menyimpan mereka di ransel, dan kembali berjalan. Kotanya sendiri, Sabia Timur, belakangan dipenuhi orang-orang pengangguran yang duduk-duduk di trotoar dan tengah jalan. Tidak ada kendaraan atau mesin yang berjalan. Toko-toko tutup. Kekurangan bahan bakar yang dialami negaranya benar-benar parah, hingga untuk ke mana-mana, mereka hanya bisa mengandalkan kaki, kuda, atau sepeda kayuh. Suatu hari, Kyla membujuk ayahnya agar diizinkan menemui The Common—pihak oposisi yang menguasai sektor