Langsung ke konten utama

Kalimat Repetitif: Edisi Imbuhan -nya

Beberapa tahun lalu, pas masih kelas sepuluh, ada tugas bahasa Indonesia bikin kalimat sama temen sebangku. Kami mikirin adegan cuci piring, dan hasilnya, kalimat yang terbentuk malah kebanyakan kata “piring”. Misal, Ibu selesai mencuci piring lalu meletakkannya di tempat piring.

Oke, aku agak lupa, tapi kira-kira gitu. Wkwk.


taken from unsplash.com

Sekarang, aku sering nemu banyak banget kalimat—baik di media sosial maupun di buku yang udah terbit—yang menggunakan “-nya” terlalu banyak!

Kebetulan, pas lagi buka One Little Thing Called Hope-nya Winna Efendi, aku nemu ini:

Ia tidak akan dapat mengambil apa yang telah dikorbankan dan diberikannya kepada cinta pertamanya.” --hlm. 69

Selama ini, aku selalu lebih suka pake kalimat aktif ketimbang pasif. Ambil dari contoh di atas, kata “dikorbankan” dan “diberikan”, yang pasif, bisa diubah jadi aktif (“mengorbankan” dan “memberikan”). Jadi, kira-kira, kalo diubah: Ia tidak akan dapat mengambil apa yang telah ia korbankan dan berikan kepada cinta pertamanya.

Cuma ada satu “-nya” di sana, menunjukkan kepemilikan. Dan karena aku pake kata aktif—korbankan dan berikan—penggunaan “-nya” yang terlalu banyak bisa diminimalisasi, bahkan dihindari.

Aku sering nih, baca kalimat yang cenderung pake kata pasif. Dalam beberapa kasus, memang tampak indah. Tapi begitu butuh menjelaskan adegan, jadi aneh kalo nggak pake “-nya”.

·      Diberikannya waktu agar temannya bisa berpikir.
·      Ditariknya tasnya agar tidak terjatuh.
·      Dibuatnya bel di depan rumah agar setiap tamu yang datang bisa terdeteksi.

Ya kalo nggak pake “-nya” lagi buat menunjukkan kepemilikan, tapi kebanyakan, kata pasif gitu melibatkan kepemilikan.

Makanya, aku lebih suka pake kata aktif.

·      Dia memberikan waktu agar temannya bisa berpikir.
·   Dia menarik tas agar tidak terjatuh. (Biasanya di konteks udah jelas itu tas dia, jadi nggak perlu pake “-nya” lagi.)
·     dan seterusnya


Memang harus sering baca banyak buku buat perbandingan sih. Sering nulis dan mengamati tulisan orang lain juga bisa dijadiin latihan. Plus, ngandalin insting sama sensor editing diri sendiri juga. :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhiran "-in" dan "-kan"

Awal aku ngerti ada orang yang salah pake akhiran “-kan” di akhir kalimat tuh pas baca satu novel romance  empat tahun lalu. Di situ, “pelukan” ditulis “pelukkan”; padahal maksudnya menunjukkan kata benda, bukan kata perintah buat memeluk seseorang. Terus, “meletakkan”—yang K-nya dua —ditulis “meletakan”. Kesalahan itu berlanjut di sepanjang buku, dan bacanya nggak nyaman banget. Belakangan, aku juga nemu banyak kesalahan serupa di novel-novel yang udah terbit (baik yang beberapa tahun lalu, maupun yang baru-baru ini). Dan, seolah nggak mau kalah, media sosial pun jadi ladang kesalahan akhiran  “-kan”, juga “-in”, berkembang biak. Pembaca yang budiman, tolong dipahami, huruf K di akhiran “-kan” ditulis SATU kalo kata dasarnya berakhir dengan huruf K. Contoh: tunjuk jadi menunjukkan , renyuk jadi merenyukkan , letak jadi meletakkan , masuk jadi memasukkan . Dan lain-lain. Kalo kata dasarnya nggak berakhir dengan huruf K, ya udah, tinggal ditambahi akhiran “-kan”....

Teori Nge-Ship Tokoh Supernova

Beberapa hari (sekarang udah minggu?) setelah baca Inteligensi Embun Pagi, aku nggak bisa move on sama sekali. Banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan alhasil, teori-teori berjejalan di kepala. Mulai murni soal tiga entitas, sampe ngelibatin tokoh-tokoh yang ku-ship. Entri kali ini bakal memuat jauh lebih banyak spoiler ketimbang entri review biasanya. Jadi, buat yang udah tuntas baca IEP, silakan membaca. Yang betah intip-intip sampe ngerti ending-nya duluan, ya, silakan. Risiko ditanggung sendiri-sendiri. :") ••• Bodhi Liong & Ishtar Summer Semua orang tahu cerita Supernova bermula dari kejar-kejaran Anshargal sama Omega. Ishtar, alias Omega, bertahun-tahun nungguin Alfa dan berencana ngonversi kekasihnya jadi Sarvara. Intinya, Ishtar ini nggak bisa move on selama ratusan bahkan mungkin ribuan tahun cuma demi nungguin Alfa. Di IEP, adegan Ishtar berakhir dengan menghilangnya dia di deket portal. Nah, konsekuensi perbuatan Ishtar itu jelas ngegag...

Tanda Baca ”Aneh-aneh”

#NulisRandom2017 #NulisBuku Pertama kali nulis fiksi, aku belum ngerti-ngerti amat sama tata bahasa. Setelah titik, atau koma, aku langsung ngelanjutin kata berikutnya. Jadi nyambung-nyambung gitu. Kata depan di- pun masih banyak yang kugabung-gabung sembarangan, termasuk bingung mana yang bener antara ”dimana” sama ”di mana”. Makin lama, aku mulai niru tata bahasa di komik, terus di novel. Aku merhatiin banyak hal yang belum aku tahu, entah gimana termotivasi buat jadi bener , walau bahasanya tetep gaul gini. Wkwkwk. taken from unsplash.com Salah satu yang paling kentara tuh cara penerbit bikin tanda petik. Dari satu dan yang lain, kelihatannya sama aja. Tapi, buat novel-novel Gramedia Pustaka Utama, cirinya adalah tanda petik ngebuka ke kiri: ”............................” Normalnya kan “..............................” yang buka-tutup gitu. Dan karena udah terbiasa merhatiin, aku jadi ngerti. Plus, kalo ada tanda strip panjang, di akhir-akhir tetep pake yang ...